Sabtu, 13 Juni 2015

Review : Lulur Purbasari Bengkoang, Rempah dan Susu-Bengkoang

“Lulur  Purbasari, yang gambarnya Putri Raja.”
          Masih ingat iklan itu? Yep, Purbasari, brand lulur Made in Indonesia (asli!) adalah salah satu brand lulur lokal yang diakui kualitasnya. Seingatku, lulur ini sudah ada sejak zaman aku kecil, ku rasa waktu aku SD, sudah ada nih Purbasari. Tapi ya, anak kecil, peduli apa sih ama lulur-luluran? Hehe.
          Yang ku ingat tentang lulur pertamaku adalah kesan tidak menyenangkan. Aku masih SMP waktu itu. Saudara sepupuku, Zahwa, mengenalkanku dengan lulur yang dia beli. Bisa memutihkan, katanya.

       Bertahun-tahun setelah lulur pertamaku, rasa ilfeel itu belum juga ilang. Phew, lulur? Ogah ah. Lengket. Mana? Gak putih pula (sekali pakai minta langsung putih, hehe ke dukun sanah (?)).
          Rasa ilfeel itu menghilang kala aku SMA. Aku, dengan ber-masa bodo, mengambil lulur di salah satu supermarket dan membelinya. Sampai dirumah, aku menuruti instruksi di wadah lulur, menggunakannya saat mandi dan ku bilas air.
          Rasanya kok enak, ya? Wanginya gak ilang-ilang.
          Sejak saat itu, aku dan lulur memutuskan untuk menjadi teman baik. Best plendz polepel dah.
          ‘Teman baik’ ku yang akan ku ulas disini adalah tiga produk dari lulur Purbasari, yakni Lulur Mandi Bengkoang (+Whitening Body Scrub), Lulur Mandi Rempah (Herbal Body Scrub) dan Lulur Mandi Susu dan Bengkoang (Milk and Yam Bean Body Scrub).

          Bengkoang. Yang baru saja ku beli. Sekaligus yang paling klasik. Yakin deh, tiap ada brand lulur PASTI ada yang varietas Bengkoang. So pasti, yang Bengkoang harus dicoba dan kalau bisa, dibandingkan dengan lulur Bengkoang merk lain.
          Dibalik itu, ternyata lulur Bengkoang Purbasari justru yang paling ‘biasa’ aromanya, tapi tetep bikin refresh dan seger. Butiran halus scrubnya sama dengan lulur Purbasari ‘rasa’ lain, sama-sama kecil dan halus. Gak sakit kalo diusap ke kulit.
          Sehabis beberapa menit di usap, lulur itu menjelma menjadi sisa-sisa yang berwarna keabu-abuan, lengket dan juga scrubnya masih nempel. Dua hal yang terpisah. Bilas. Efek pertama yang dirasakan adalah : kesat. Kulit jadi lebih lembut. Aromanya pun nempel selama berjam-jam. Janjinya sih...Karena double whitening, jadi bikin kulit lebih cerah. Aku mah....belum terbukti. Kalian gimana?
         
          Rempah. Favoritttt! Ugh, aromanya bikin terlempar ke spa-spa tradisional (emang pernah, Nen?). Abisnya, mirip jamu-jamu gitu. Seger banget. Anyway, bagi yang tidak terbiasa, mungkin akan kaget dengan aromanya yang rempah banget. Tapi, lama-lama juga terbiasa kok.
          Sama sih, seperti lulur Bengkoang, tekstur dan scrubnya pun sama. Cuma, beda efek dan aroma. Harus dicoba yang Rempah ini, sensasinya beda. Gak bakal ada di lulur lain (sepengetahuanku). Aromatherapy praktis dalam sekali usap, hehe. Wanginya tahan berjam-jam. Oh ya, tulisannya sih bisa melindungi dari bakteri, hehe.

 Terakhir...Susu Bengkoang. Ini nih, yang aromanya paling gak ngebosenin. Wanginya classy, segar pula. Ah, I can’t describe the smell more than this. Bukan pakar wewangian, ehehe. Yang jelas, wanginya bikin betah. Gak terlalu ‘tajam’ kayak Rempah. Uhm, sesudah pakai Susu Bengkoang, efeknya sama aja dengan kedua lulur tadi. Wanginya juga meresap, tahan lama. Kulit juga jadi lebih halus.
          Sebenarnya, masih ada satu lagi (atau lebih) produk dari Lulur Purbasari, yaitu Lulur Mutiara, warna wadahnya biru. Apalagi, di deket rumahku, ada supermarket kecil yang serba murah. Beneran. Kalau kalian tahu Alfamart Tanah Merah, Surabaya, disampingnya ada toko. Ya disitu. Mampir aja, gih. Selalu rame kalau disana. Disana juga ada lulur Herborist, bahkan lulur susu kambing.Hehe.
         
Harga :     Lulur Purbasari Bengkoang 135 gr Rp. 6900
                   Lulur Purbasari Rempah 135 gr Rp. 5900
                   Lulur Purbasari Susu + Bengkoang 135 gr Rp. 6900
Murah? Bangetttt. Ada juga yang ukuran besar, harga kira-kira 12ribuan. Cocok lah bukan kalian-kalian yang ingin menjajal luluran untuk pertama kali :)

Packaging : Secara desain...bagiku not so good. 6,5/10 lah. Di tutupnya ada terlalu banyak tulisan dan menurutku, itu gak classy banget. Emang membantu sih untuk memudahkan membaca keterangan yang kita butuh. Tapi, lebih baik dipindah kesamping, biar di tutupnya gambar logo dan jenisnya aja.
Buset deh, bawel banget. *dijitak ama yang punya Purbasari*
Sementara itu, tutup ulirnya kadang rapet dan gak bikin tumpah, tapi ada juga yang ‘longgar’. Lulurnya juga sering nempel ke tutupnya, jadi harus ‘colek-colek’ deh dari tutup.

Kualitas lulur : TOP. Wanginya tahan lama. Scrubnya juga kecil kecil dan gak bikin sakit dikulit. Sehabis luluran dan dibilas juga pasti kulit jadi lebih lembut. Tapi, untuk pengujian kecerahan kulit sih belum tau hasilnya, baru intens pakai nih.

Gampang atau tidak didapat? Setauku, gampang. Tiap aku mampir ke supermarket A,B atau C selalu ada Purbasari.

Repurchase? Yep. Yep. Yep.

And...how was your story with lulur, anyway? :)

3 komentar: