“Lulur Purbasari, yang
gambarnya Putri Raja.”
Masih ingat iklan itu? Yep, Purbasari, brand lulur
Made in Indonesia (asli!) adalah salah satu brand lulur lokal
yang diakui kualitasnya. Seingatku, lulur ini sudah ada sejak zaman aku kecil,
ku rasa waktu aku SD, sudah ada nih Purbasari. Tapi ya, anak kecil, peduli apa
sih ama lulur-luluran? Hehe.
Yang ku
ingat tentang lulur pertamaku adalah kesan tidak menyenangkan. Aku masih SMP
waktu itu. Saudara sepupuku, Zahwa, mengenalkanku dengan lulur yang dia beli.
Bisa memutihkan, katanya.
Bertahun-tahun setelah lulur pertamaku, rasa ilfeel itu
belum juga ilang. Phew, lulur? Ogah ah. Lengket. Mana? Gak putih pula (sekali
pakai minta langsung putih, hehe ke dukun sanah (?)).
Rasa ilfeel itu
menghilang kala aku SMA. Aku, dengan ber-masa bodo, mengambil lulur di salah
satu supermarket dan membelinya. Sampai dirumah, aku menuruti instruksi di
wadah lulur, menggunakannya saat mandi dan ku bilas air.
Rasanya kok
enak, ya? Wanginya gak ilang-ilang.
Sejak saat
itu, aku dan lulur memutuskan untuk menjadi teman baik. Best plendz
polepel dah.
‘Teman
baik’ ku yang akan ku ulas disini adalah tiga produk dari lulur Purbasari,
yakni Lulur Mandi Bengkoang (+Whitening Body Scrub), Lulur Mandi Rempah (Herbal
Body Scrub) dan Lulur Mandi Susu dan Bengkoang (Milk and Yam Bean Body Scrub).
Bengkoang. Yang
baru saja ku beli. Sekaligus yang paling klasik. Yakin deh, tiap ada brand lulur
PASTI ada yang varietas Bengkoang. So pasti,
yang Bengkoang harus dicoba dan kalau bisa, dibandingkan dengan lulur Bengkoang
merk lain.
Dibalik itu, ternyata lulur Bengkoang Purbasari justru yang paling ‘biasa’
aromanya, tapi tetep bikin refresh dan seger. Butiran halus
scrubnya sama dengan lulur Purbasari ‘rasa’ lain, sama-sama kecil dan halus.
Gak sakit kalo diusap ke kulit.
Sehabis beberapa menit di usap, lulur itu menjelma menjadi sisa-sisa yang
berwarna keabu-abuan, lengket dan juga scrubnya masih nempel. Dua hal yang
terpisah. Bilas. Efek pertama yang dirasakan adalah : kesat. Kulit jadi lebih
lembut. Aromanya pun nempel selama berjam-jam. Janjinya sih...Karena double
whitening, jadi bikin kulit lebih cerah. Aku mah....belum terbukti. Kalian
gimana?
Rempah. Favoritttt! Ugh, aromanya bikin terlempar ke spa-spa
tradisional (emang pernah, Nen?). Abisnya, mirip jamu-jamu gitu. Seger
banget. Anyway, bagi yang tidak terbiasa, mungkin akan kaget dengan
aromanya yang rempah banget. Tapi, lama-lama juga terbiasa kok.
Sama sih,
seperti lulur Bengkoang, tekstur dan scrubnya pun sama. Cuma, beda efek dan
aroma. Harus dicoba yang Rempah ini, sensasinya beda. Gak bakal ada di lulur
lain (sepengetahuanku). Aromatherapy praktis dalam sekali
usap, hehe. Wanginya tahan berjam-jam. Oh ya, tulisannya sih bisa melindungi
dari bakteri, hehe.
Terakhir...Susu Bengkoang. Ini nih, yang aromanya paling gak
ngebosenin. Wanginya classy, segar pula. Ah, I can’t describe the
smell more than this. Bukan pakar wewangian, ehehe. Yang jelas, wanginya bikin
betah. Gak terlalu ‘tajam’ kayak Rempah. Uhm, sesudah pakai Susu Bengkoang, efeknya sama aja dengan kedua lulur tadi.
Wanginya juga meresap, tahan lama. Kulit juga jadi lebih halus.
Sebenarnya, masih ada satu lagi (atau lebih) produk dari Lulur Purbasari, yaitu
Lulur Mutiara, warna wadahnya biru. Apalagi, di deket rumahku, ada supermarket
kecil yang serba murah. Beneran. Kalau kalian tahu Alfamart Tanah Merah,
Surabaya, disampingnya ada toko. Ya disitu. Mampir aja, gih. Selalu rame kalau
disana. Disana juga ada lulur Herborist, bahkan lulur susu kambing.Hehe.
Harga :
Lulur Purbasari Bengkoang 135 gr Rp. 6900
Lulur Purbasari Rempah 135 gr Rp. 5900
Lulur Purbasari Susu + Bengkoang 135 gr Rp. 6900
Murah? Bangetttt.
Ada juga yang ukuran besar, harga kira-kira 12ribuan. Cocok lah bukan
kalian-kalian yang ingin menjajal luluran untuk pertama kali :)
Packaging : Secara
desain...bagiku not so good. 6,5/10 lah. Di tutupnya ada terlalu
banyak tulisan dan menurutku, itu gak classy banget. Emang
membantu sih untuk memudahkan membaca keterangan yang kita butuh. Tapi, lebih
baik dipindah kesamping, biar di tutupnya gambar logo dan jenisnya aja.
Buset deh, bawel banget. *dijitak ama yang punya Purbasari*
Sementara itu, tutup ulirnya kadang rapet dan gak bikin tumpah,
tapi ada juga yang ‘longgar’. Lulurnya juga sering nempel ke tutupnya, jadi
harus ‘colek-colek’ deh dari tutup.
Kualitas lulur : TOP.
Wanginya tahan lama. Scrubnya juga kecil kecil dan gak bikin sakit dikulit.
Sehabis luluran dan dibilas juga pasti kulit jadi lebih lembut. Tapi, untuk
pengujian kecerahan kulit sih belum tau hasilnya, baru intens pakai nih.
Gampang atau tidak
didapat? Setauku, gampang. Tiap aku mampir ke supermarket A,B atau C selalu
ada Purbasari.
Repurchase? Yep. Yep.
Yep.
And...how was your
story with lulur, anyway? :)
Ardi Tips Healthy said, kunbal ya mbak ke
BalasHapusArdibryan4.blogspot.com
iya terima kasih, siap meluncur ^^
Hapuswww.tokowahyu.com
Hapus